Minggu, 29 Juni 2008

Apa Itu Falun Gong

FALUN DAFA (Falun Gong) adalah suatu cara melatih diri (berkultivasi) peringkat atas yang berupa suatu sistem perangkat latihan yang benar-benar nyata dapat memperbaiki dan meningkatkan moral, tubuh dan spiritual seseorang menuju ke tingkat yang lebih tinggi. Melalui latihan Falun Gong, para praktisi dapat memperoleh kemajuan yang sangat pesat dalam kesehatan jiwa dan raga, demikian juga dapat menghilangkan stress.

Falun Gong merupakan kultivasi (pengolahan) ganda jiwa dan raga. Latihan raga (latihan gerakan)nya terdiri dari gerakan-gerakan lembut yang menyerupai senam, dan juga meditasi. Latihan gerakan tersebut berfungsi mengolah potensi tubuh, membangkitkan energi dalam tubuh dan menyerap energi alam semesta, juga untuk memperkuat sistim mekanisme energi yang terbentuk dalam tubuh.

Sedangkan kultivasi jiwa bertujuan meningkatkan Xinxing (watak, kualitas moral), dengan jalan berasimilasi (menyelaraskan diri) dengan karakteristik alam semesta yakni: Zhen-Shan-Ren (Sejati-Baik-Sabar). Pengertian kata "Sejati" adalah benar, lurus dan jujur; "Baik" adalah kebajikan, suka menolong, tidak mementingkan diri sendiri; "Sabar" adalah penuh toleransi, pengendalian emosi, tahan uji serta mampu melepaskan keterikatan hati. Terus menerus meningkatkan standar Xinxing didalam kehidupan sehari-hari, didalam rumah tangga, di tempat kerja, dalam masyarakat, harus menjadi seseorang yang bermoral tinggi yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan kewajibannya.

Falun Gong bukanlah agama, karena tidak ada ritual, formalitas atau aktivitas apapun yang seringkali digunakan dalam agama, tidak terikat dengan keanggotaan. Para praktisi dengan keinginannya sendiri belajar bersama, secara bebas datang dan pergi. Pusat pembina maupun tempat latihan tidak menarik iuran/sumbangan. Di seluruh dunia para praktisi sukarela mengajarkan metode lima perangkat latihan. Semua kegiatan Falun Dafa selamanya bebas biaya. Falun Gong juga tidak melibatkan diri ke dalam kancah politik, Falun Gong hanya mengajarkan praktisi mematut diri sesuai kriteria tingkat tinggi serta melepaskan terus-menerus keterikatan hatinya, guna mencapai taraf kondisi jiwa yang lebih tinggi.

Sejak Falun Gong diperkenalkan oleh Master Li Hongzhi pada tahun 1992, dengan ajarannya yang luas dan mendalam serta harmonis, telah menyempurnakan dan meningkatkan Xinxing (moralitas) ratusan juta orang, membuat mereka paham tentang tujuan hidupnya. Bagi praktisi yang sejati kesehatan tubuhnya dalam waktu singkat akan mencapai kondisi yang sangat prima. Efek peningkatan kesehatan jiwa dan raga ini tampak nyata sehingga mendapat penyambutan yang hangat di berbagai daerah, berbagai bangsa. Lebih dari seratus juta orang telah berlatih Falun Gong di seluruh dunia, baik di Asia, Eropa, Afrika, Amerika dan Australia. Buku-buku yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ialah : [Zhuan Falun] dan [Falun Gong]. Bagi yang berminat, dapat mendatangi tempat latihan yang tertera, dan langsung mengikuti latihan, belajar dengan praktisi setempat tanpa dipungut biaya, dan mendengarkan pengalaman masing-masing praktisi.


Untuk Apa Praktisi Falun Gong Melakukan Pawai di Flushing


Penyerangan baru-baru ini yang dilakukan oleh gerombolan pro-PKC di Flushing, daerah Pecinan di New York, dapat dijadikan katalisator untuk menampilkan lebih jauh sifat buruk rejim komunis China.

Semakin banyak usaha yang dilakukan rejim PKC untuk mengaburkan garis batas antara dirinya sendiri dengan kebesaran bangsa Tiongkok, antara apa yang ditampilkan oleh Falun Gong dengan image komunis di dunia, semakin banyak orang dapat melihat siapa yang benar dan siapa yang jahat.

Falun Gong, sebuah latihan spritual yang menekankan pada prinsip Sejati, Baik, dan Sabar, telah menderita penganiayaan selama sembilan tahun di tangan rejim PKC.

Dalam empat tahun terakhir ini, lebih dari 37 juta orang sudah meninggalkan Partai Komunis China (PKC). Semakin komunis menyerang orang-orang baik, maka orang-orang baik ini akan membuka kedok mereka. Dan semakin banyak orang dapat memahami kebenaran, sehingga mereka tidak begitu ingin berhubungan lagi dengan PKC.

Barangkali ini disebabkan oleh dedikasi praktisi Falun Gong yang bekerja untuk menyingkap tipu daya PKC.

Hingga kini, para praktisi Falun Gong datang dari seluruh penjuru dunia untuk mengikuti pawai di Flushing, New York pada hari Sabtu 31 Mei, untuk menghalau tipu daya yang disebarkan PKC tentang sikap Falun Gong terhadap gempa bumi Sichuan.

“Saya memutuskan untuk tetap disini ketika memahami masalah di Flushing,” kata Eddie Ali, seorang sopir taksi berumur 32 tahun dan praktisi Falun Gong dari London, Inggris.

“Orang-orang Tionghoa telah diracuni oleh PKC. Saya telah melihat orang-orang yang diorganisir oleh PKC menyerang kami, dan benar-benar berusaha membuat konflik dengan kami.” Di televisi PKC dikatakan bahwa praktisi Falun Gong begitu gembira dan merayakan kejadian gempa bumi di Sichuan. Sebenarnya yang sedang kami rayakan adalah hari ulang tahun Guru Li Hongzhi, pendiri Falun Gong (13 Mei).”

Alexandra Eklund, seorang pakar ekonomi dari Stockholm, Swedia, mengatakan, “Dalam beberapa diskusi kelompok, orang-orang bercerita tentang situasi di Flushing dan meminta saya tinggal di New York selama beberapa hari. Pengamatan saya banyak orang Tionghoa telah diracuni PKC dan mereka tidak mendapat cukup informasi bagaimana Falun Gong itu sebenarnya.”

“Saya hanya mau datang dan membantu orang untuk mempelajari kebenaran, bahwa kami tidak memusuhi Tiongkok.”

Greg March, perawat medis dari Melbourne, Australia, mengatakan dia ingin memberitahu orang bahwa praktisi Falun Gong tidak bertentangan dengan orang Tionghoa.

“Saya mendengar tentang kejadian di Flushing dimana PKC membayar orang untuk menghasut kebencian, dengan begitu membuat orang mempunyai pendapat negatif tentang Falun Gong. Jadi saya hanya mau datang dan menolong orang untuk mempelajari kebenaran, bahwa kami tidak memusuhi Tiongkok –kami hanya ingin membuat orang tahu kejahatan yang dilakukan PKC.”

Martin Lu, pengembang software komputer asal Georgia, Atlanta, mengatakan, “Datang karena gerombolan orang itu mengganggu dan mencoba melakukan hal buruk kepada perkumpulan kami. Saya ingin memberitahukan kebenaran kepada mereka.”

Liu menerangkan bahwa sejak gempa bumi Sichuan, konsulat Tiongkok terus “mencoba mengacaukan nasionalisme etnis Tionghoa untuk mengalihkan fokus gempa bumi ke arah melawan Falun Gong. Mereka mencoba merubah fokus kecerobohan PKC yang tidak memperingatkan orang-orang tentang gempa bumi tersebut.”

“Sejak rejim komunis mengambil-alih Tiongkok, mereka telah melakukan begitu banyak hal, dan ada 80 juta rakyat Tiongkok telah dianiaya sampai mati dalam beberapa dasawarsa ini. Setelah kejadian gempa bumi, begitu banyak orang Tionghoa hadir disini karena sudah terbohongi media PKC.”

Liu menambahkan bahwa praktisi Falun Gong “merasa prihatin terhadap para korban di Tiongkok”. PKC menerima peringatan dari seismologis di Tiongkok bahwa gempa bumi akan terjadi, tetapi mereka tidak memperingatkan siapapun karena mereka lebih memperdulikan Olimpiade dan stabilitas. Mereka tidak peduli akan hidup manusia.”

Dalam pawai itu dipresentasikan sejumlah pembicara dan termasuk rekaman percakapan telepon oleh Konjen Tiongkok di New York, Peng Keyu, yang mengaku mengatur orang-orang untuk menyerang praktisi Falun Gong dan menghancurkan koran The Epoch Times di daerah itu.

Kelompok Marching band Dunia Surga, yang terdiri dari praktisi Falun Gong, juga hadir disana memainkan beberapa lagu termasuk Falun Dafa Hao. Pawai akan terus diadakan setiap akhir pekan di Flushing dalam beberapa minggu ke depan. (Peter Benedetti/The Epoch Times/rob)

http://en.epochtimes.com/news/8-6-1/71284.html


Mengenal Lao Tzu dan Ajarannya


Perjalanan seribu Li dimulai dari satu langkah kecil. "
( Tao Te Cing, Bab 64,5).

Ungkapan di atas dikutip dari kitab Tao Te Ching karya Lao Tzu atau Lao Zi. Ungkapan yang sangat sederhana tetapi menjadi sangat terkenal dan sering dijadikan pendorong semangat dalam setiap usaha atau kegiatan pada kehidupan manusia saat ini




Lao Tzu hidup pada rentang masa 604-531 SM. Ia dilahirkan di negara Ch'u yang terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan Provinsi Hunan. Ia bernama asli Li Erh dengan gelar Dewata, Lau C'un, Th'ai Shang Lau C'un, atau Th'ai Shang Hsuan Yuan Huang Ti. Nama keluarganya Li, dan nama panggilannya Erh. Nama Lao Tzu secara hurufiah mengandung pengertian 'empu tua.' Menurut sejarawan Tiongkok, Suma Xian (Shu Xian) yang menulis sekitar tahun 100 SM, Lao Tzu berasal dari desa Ch'u-jen, Provinsi Hunan, dan hidup sekitar abad ke-6 SM, di Ibukota Loyang negara Ch'u. Lao Tzu hidup pada era Ciu dan hampir satu era dengan Confucius dan Buddha Gautama. Pada masa pemerintahan Dinasti Chou (1111-255 SM), Lao Tzu sempat diangkat sebagai seorang ahli perpustakaan (Shih). Sebagai seorang ahli perpustakaan, ia juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam bidang perbintangan dan peramalan, yang juga menguasai berbagai kitab kuno.

Sedikit sekali catatan yang dapat ditemukan mengenai kehidupan Lao Tzu. Karya besarnya adalah sebuah kitab yang memakai namanya sebagai judul, yakni Lao Tzu yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Tao Te Ching (kitab klasik mengenai jalan dan daya). Kitab ini dipandang sebagai karya kefilsafatan pertama dalam sejarah China. Dalam berbagai perubahan kebudayaan di China, Lao Tzu tidak pernah hilang. Bagi para Confucianis, Lao Tzu dipandang sebagai seorang filsuf yang agung, dan bagi kebanyakan orang, ia adalah seorang dewa atau orang suci. Sedangkan bagi para Taois, ia merupakan pancaran dari Tao dan sesuatu yang merupakan keilahian agung mereka.

Legenda Kehidupannya
Banyak sekali versi yang mengisahkan tentang kelahiran Lao Tzu, salah satunya dipengaruhi oleh cerita tentang kelahiran Sang Buddha. Dikisahkan bahwa ibunda Lao Tzu mengandung selama 72 tahun, dan ia dilahirkan melalui ketiak kirinya. Menurut legenda ini, ia telah berulang kali turun dari langit dalam berbagai wujud manusia sepanjang sejarah untuk menurunkan ajaran Taoisme kepada para kepala negara. Legenda lainnya dari keluarga Li mengisahkan, bahwa bayi tersebut terlahir bersinar di bawah kaki pohon plum ('Li') sehingga diputuskan bahwa 'Li' adalah nama keluarganya. Legenda ini berkembang dari cerita perjalanan Lao Tzu ke Barat (India). Bahkan legenda ini mempercayai bahwa Sang Buddha merupakan perwujudan Lao Tzu juga.

Suma Xian melakukan penelitian mendalam dengan menemui beberapa orang yang pernah bertemu Lao Tzu, seperti Lau-Lai-Tzu, seorang Taois pengikut Confucius dan seorang ahli perbintangan bernama Tan. Hasilnya adalah bahwa kemungkinan Lao Tzu telah hidup 150 tahun, malahan ada yang mengatakan lebih dari 200 tahun. Perlu diketahui bahwa menurut kepercayaan kuno, seorang Guru Agung dapat hidup kekal. Kepercayaan ini kemungkinan lebih berkembang pada tradisi sebelum Chuang Zi, seorang Guru Agung Taois yang hidup sekitar abad ke-4, karena dalam karya-karya Chuang Zi, walaupun ia menyinggung hal-hal yang berkaitan dengan kematian tetapi tanpa diberikan penekanan khusus terhadap bentuk kekekalan. Oleh karena itu menurut Suma Xian, Lao Tzu kemungkinan seorang pertapa yang tak meninggalkan jejak kehidupannya. Sebab pada kenyataannya dalam sepanjang sejarah China, selalu tercatat adanya para pertapa yang meninggalkan kehidupan duniawi.

"Tao Te Ching"
Ajaran Lao Tzu, lebih dikenal dengan sebutan Taoisme, yakni suatu paham spiritual yang lahir di Tiongkok dan telah mengalami berbagai perkembangan selama ribuan tahun. Taoisme dikembangkan oleh Lao Tzu dengan kitab utamanya yang disebut Tao Te Ching yakni kitab tentang Jalan Kebenaran. Kitab ini merupakan suatu buku spiritual singkat yang sangat rumit dan hanya terdiri dari 5.250 huruf. Penulisan Tao Te Ching sendiri menurut kisahnya berawal ketika pada usia tuanya Lao Tzu meninggalkan negara Chu dan hendak hidup bertapa. Dalam perjalanannya, ia dihentikan di pintu gerbang Hsien Ku oleh seorang penjaga yang bernama Yin Hsi, di perbatasan negara Chin. Yin Hsi mengenali Lao Tzu sebagai seorang Yang Suci, lalu ia memintanya untuk menuliskan kebijaksanaannya dalam suatu kitab. Lao Tzu menyanggupi dan selang tiga hari kemudian, ia berhasil menyelesaikannya.

Setelah menyelesaikan bukunya, menurut kisahnya Lao Tzu dengan menunggang seekor kerbau dan bernyanyi, ia meninggalkan kehidupan duniawi menuju ke arah Barat (India/ pegunungan Himalaya). Sejak saat itulah tidak pernah terdengar kabar lagi mengenai dirinya. Sedangkan Yin Hsi sendiri setelah membaca kitab tersebut, lalu menjalani kehidupan pertapaan dan mencapai dunia dewata sebagai seorang dewa. Menurut catatan sejarah dari Suma Xian, Yin Hsi juga menulis sebuah buku yang berkaitan dengan metode meditasi Taois, dengan judul Kuan Yin Zi. Sesudah itu ia pun ikut merantau ke Barat (India/pegunungan Himalaya) dan kemudian tidak terdengar kabar beritanya lagi.

Ide ajaran dalam Tao Te Ching yang terkenal adalah mengenai wuwei (tanpa upaya disengaja). Wuwei mengandung pengertian membiarkan segala hal terjadi sesuai dengan apa adanya, alami, dan bukan dibuat-buat atau direncanakan. Doktrin 'wuwei' merupakan suatu bentuk pengolahan diri untuk mencapai kesunyian diri sejati, dan penyucian pikiran.

Konsep pemikiran maupun pandangan-pandangan Lao Tzu erat kaitannya tentang dunia dan alam semesta serta hubungannya dengan kehidupan manusia, pemerintahan, dan Yang Mahaesa (Tao). Tao terkesan tidak logis, dan memang Tao melampaui batas-batas logika. Sehingga untuk dapat memahami dan mengerti secara mendalam ajaran Lao Tzu yang sulit ini diperlukan usaha yang tekun dan perenungan yang mendalam secara intuisi. Kebanyakan orang mengidentikkan Taoisme sebagai sesuatu yang bersifat gaib dan mistik. Hal ini disebabkan pada zaman Hao Han, terdapat seorang pengikut Taoisme bernama Zhang Tao Ling yang bergelar Zhang Thien She menyebarkan ajaran Lao Tzu dengan menambahkan ilmu gaib dan mempraktikkan mistik.

Skeptisme Cendekiawan

Keberadaan legenda Lao Tzu sempat dipertanyakan oleh para cendekiawan, dengan alasan Tao Te Cing tidak mungkin ditulis oleh satu orang saja. Beberapa cendekiawan mengatakan bahwa Tao Te Cing kemungkinan berasal dari era Confucius, dan beberapa lainnya mengatakan kitab tersebut berasal dari sekitar abad ke-3 SM. Kesimpangsiuran ini menyebabkan beberapa cendekiawan yang menyatakan bahwa pengarang Tao Te Cing dilakukan oleh Tan, seorang ahli perbintangan.

Sementara berdasarkan biografi Suma Xian dari penelusuran garis keturunan Sang Guru Agung tersebut, berhasil mengaitkan kehidupan Lau Tan pada sekitar abad ke-4 SM. Akan tetapi hasil penelusuran garis keturunan tersebut tentunya agak sulit dipertimbangkan dari sudut sejarah. Ini hanya dapat membuktikan bahwa pada masa kehidupan Suma Xian, terdapat keluarga bermarga Li yang mengakui sebagai keturunan dari Guru Agung Lao Tzu. Hal ini tidak meletakkan suatu dasar yang kuat untuk memastikan keberadaan Lao Tzu.

Keraguan lain mengatakan bahwa nama Lao Tzu sendiri ada kemungkinan untuk menunjukkan gelar kehormatan terhadap Guru Agung Tao daripada nama pribadi seseorang. Dalam biografi Shih Chi dan sebagaimana sempat disinggung juga secara sekilas dalam beberapa kitab kuno lainnya, bahwa terdapat banyak riwayat para Guru Agung yang ditulis mulai dari abad ke-2 SM. Hal ini cukup menarik perhatian apabila dikaitkan dengan sejarah pembentukan Taoisme Agama (Tao Chiao). Selama Dinasti Han, Lao Tzu dianggap sebagai suatu figur mistik yang disembah oleh rakyat bahkan oleh raja sendiri. Perkembangan berikutnya, ia diangkat sebagai Lau Agung (Lau C'un), penjaga dan pewarta kitab kuno dan sang penyelamat umat manusia.

Namun demikian lepas dari berbagai kontroversi yang ada, patutlah disimak penghormatan Confusius pada Lao Tzu, seperti yang ditulis oleh Suma Xian, bagaimana Lao Tzu pada suatu hari bertemu dengan Confucius, yang dikritiknya sebagai seorang budiman yang menimbun kebajikan begitu rapat, seolah-olah kosong adanya. Sesudah pertemuan, Confucius berkata kepada murid-muridnya, "Saya tahu bagaimana burung terbang, bagaimana ikan berenang, bagaimana binatang darat berlari. Tetapi yang berlari, tetap saja bisa terperangkap, yang berenang bisa terjala, yang terbang bisa terpanah. Namun siapa yang tahu bagaimana seekor naga mengendarai angin melalui awan menuju surga? Hari ini saya bertemu Lao Tzu dan hanya dapat membandingkannya dengan seekor naga."

(Rachmat, dari berbagai sumber)


Kerajaan Romawi Kuno Dibangun Dalam Semalam


Menurut laporan sebuah situs Amerika, bahwa arkeolog menemukan misteri yang mengejutkan, di mana bukti terbaru akhirnya membuktikan bahwasannya kerajaan Romawi kuno mulai dibangun pada tanggal 13 Agustus tahun 625 SM dan selesai dirampungkan sebelum Matahari terbenam. Ketika wartawan menanyakan kepada mereka di mana mendapatkan bukti-bukti itu, para arkeolog mengeluarkan satu gulungan, yaitu sebuah dokumen dan kontrak yang ditandatangani sendiri oleh Julius Caesar.

Sebagian di dalam kontrak yang berbahasa Latin itu jika diterjemahkan adalah sebagai berikut: “Kami dari perusahaan developer Aljeida Babylon setuju, bahwasannya pada tanggal 13 Agustus tahun 625 SM ini akan mulai bekerja dan merampungkan bangunan kerajaan Romawi, jika kami tidak dapat menyelesaikannya dalam waktu yang ditentukan kerajaan, kemaharajaan Caesar boleh memenggal kepala kami dan berikan kepada singa sebagai santapan.”

Menurut para arkeolog, bahwa bukti ini mutlak berlaku, dan para pekerja ahli pasti dalam waktu satu hari menyelesaikan pembangunan kota Roma, sebab mereka tidak menemukan apa pun sisa fosil kepala yang dipenggal.

Pada kenyataannya, dokumen kemaharajaan Caesar ini sama persis dengan kain pembungkus mayat, bisa dipercaya namun juga meragukan. Dan saat ini, ilmuwan sedang menaksir usia sebenarnya isi gulungan itu yang menggunakan cara penentuan tahun dengan karbon.

Orang-orang mengetahui dari mata pelajaran di sekolah, bahwa wilayah kerajaan Romawi seluas 280 ribu meter persegi, dan di dalamnya termasuk sejumlah kota, kota kecil, beberapa sungai, sejumlah gunung, dan beberapa gedung teater, banyak sekali saluran pipa air, saluran pembuangan air, gerbang lengkung, museum, gereja katedral bersepuh emas, dan pondok piza dan lain sebagainya, yang mana kesemuanya itu harus dalam satu hari, artinya mesti diselesaikan dalam waktu 12 jam, sama sekali di luar imajinasi.

Arsitek bernama Flayter mengatakan, “Dalam waktu satu hari, tim proyek pembangunan saya bahkan tidak bisa menyelesaikan sebuah tembok pembatas kota. Di lihat dari gambar maket kota Roma ini, perusahaan saya harus menghabiskan waktu ratusan tahun baru bisa menyelesaikan seluruh proyek pembangunan kerajaan Roma.”

Jika kondisi yang dilukiskan dokumen tersebut itu benar, maka ilmuwan dan arsitek sekarang akan terperosok lagi ke labirin yang baru, mereka tidak mampu menjelaskan bagaimana orang-orang pada masa itu dapat menyelesaikan pembangunan kerajaan Roma yang luasnya 280 ribu meter persegi itu hanya dalam waktu 12 jam.

Sejarawan Rogyes berpendapat, bahwa semua ini sama seperti bangunan piramida, adalah misteri sepanjang masa, hanya bisa membayangkan bahwa sejumlah benda-benda yang dikuasai orang-orang di masa itu telah hilang tak terwariskan, dan teknologi kita sekarang tidak bisa bersaing dengannya. Pertama-tama mereka membangun piramida, berikutnya mereka membuat patung muka singa berbadan manusia, dan belakangan mereka membangun menara dsb, serta bangunan misterius dan unik yang tak terhitung banyaknya.

(Sumber: Secretchina.com)

Misteri Pemakaman Xiaohe di Xinjiang, China


Pada tanggal 17 april 2004, pemakaman Xiaohe (Sungai kecil), yang ditemukan oleh arkeolog Swedia Folk Bergman pada tahun 1939 di propinsi Xinjiang, disebut-sebut termasuk sebagai 10 besar penemuan arkeolog di China. Menurut laporan harian Guangming tanggal 23 April, perhatian umum terhadap pemakaman itu mencuat ketika Bergman menerbitkan pengenalan secara detail pada situs arkeologi ditepi sungai Xiaohe di Stockholm tahun 1939 dengan judul Penemuan Arkeologi di Xinjiang.

Namun saat petunjuk penting tempat pemakaman itu, yaitu sungai Xiaohe mengering, masyarakat telah melupakan pemakaman itu dalam beberapa dekade ini. Tidak sampai lebih dari 60 tahun kemudian pada tanggal 11 Desember 2000, seorang anggota Peninggalan Kebudayaan Xinjiang dan Institut Arkeologi di China meneliti gurun pasir Lop Nor dengan melalui sebuah penempatan satelit dan menemukan pemakaman Xiaohe sekali lagi. Pada bulan Maret 2005, penggalian secara menyeluruh berakhir dengan sukses.

Pemakaman Xiaohe merupakan sistem pemakaman berskala besar yang menyediakan informasi tentang peradaban awal yang berharga di Lop Nor kepada seluruh arkeolog didunia. Dengan 167 makam dan lebih dari 1000 peninggalan-peninggalan budaya pada masa itu ditemukan, area Xiaohe tidak serupa dengan tempat lain yang ada di China, atau mungkin diseluruh dunia.

Menurut Idelisi Abuduresule, kepala Peninggalan Kebudayaan Xinjiang dan Institut Arkeologi, pemakaman Xiaohe menarik perhatian masyarakat karena banyak benda-benda peninggalan yang ditemukan masih merupakan misteri, menunggu untuk dipecahkan.

Misteri ke 1 : Peradaban? Tidak ada tanda!
Berdasarkan bukti dari masa sejarah yang lampau, biasanya orang dapat memprediksi tanda peradaban mereka pada masa itu. Akan tetapi setelah diteliti dengan cermat oleh para arkeolog di dalam radius beberapa kilometer, tidak ada benda-benda peninggalan yang menggambarkan kehidupan pada masa lalu.

Misteri ke 2 : Peti jenasah “berbentuk kapal”
Peti jenasah yang ada di pemakaman Xiaohe dipendam dalam lima tingkat, setiap peti jenasah menyerupai perahu pantai yang terbalik dengan mayat yang dikubur didalamnya. Beberapa sapi hidup telah dibunuh dipemakaman itu dan kulitnya digunakan untuk membungkus mayat tersebut. Begitu kulit ini mengering dan menyusut, bungkusan kulit ini akan membalut mayat dengan semakin kencang.

Misteri ke 3 : Sebuah budaya pemujaan?
Pemakaman Xiaohe ditandai dengan balok-balok kayu poplar yang tertancap di atas gunung pasir. Bentuk kayunya berbeda menurut jenis kelamin yang meninggal dan melambangkan organ reproduksi. Kebudayaan misterius yang sangat memuja organ reproduksi, ini sangat jarang terlihat didunia.

Misteri ke 4 : Hilangnya masyarakat Xiaohe
Pemakaman Xiaohe merupakan hal penting untuk mempelajari masyarakat kuno di daerah Lop Nor. Meskipun kami mempunyai petunjuk mengenai orang-orang Xiaohe yang meninggal, akan tetapi kami tidak dapat melacak jejak kehidupan mereka. Misteri terbesar berdasarkan pada peradaban yang ditinggalkan oleh pemakaman Xiaohe adalah hilangnya masyarakat Xiaohe. Apakah sebuah wabah yang telah membinasakan mereka ? Apakah karena timbul perang ? Ataukah mereka benar-benar tertelan gurun pasir ?

Misteri ke 5 : Lumpur aneh yang menyelubungi peti jenasah
Ditemukan 4 peti jenasah yang diselubungi oleh lumpur pada daerah sebelah utara dan selatan kompleks tersebut. Peti ini berbeda bentuk dengan peti jenasah berbentuk perahu yang ditemukan semula ; penutup peti itu berbentuk persegi panjang, dan didalamnya terdapat rangka kayu yang menunjukkan bentuk asli kapal. Apa yang menjadi tanda tanya orang adalah 4 peti jenasah ini ini seluruhnya berisi jenasah perempuan dewasa yang penuh dengan benda-benda penguburan. Para arkeolog tidak dapat menjawab mengapa hanya peti jenasah 4 perempuan dewasa ini yang dilumuri oleh lumpur.

Misteri ke 6 : Mayat-mayat kayu
Pada situs penggalian ini, ditemukan juga 6 peti jenasah yang berisi mayat kayu sebagai pengganti mayat asli. Setelah dianalisa, diketahui bahwa mayat kayu ini dibuat dalam jangka waktu yang singkat. Seluruh mayat kayu ini berjenis kelamin pria dan dibuat dalam bentuk yang serupa. Wajahnya rata dengan tanda X merah diatasnya.

http://www.asianresearch.org/articles/2640.html